Chris Weitz memiliki beberapa visi bagus dalam menampilkan beberapa bagian dari film ini ke layar lebar. Sebagai penonton yang belum pernah membaca novelnya, mungkin arti sebenarnya dari adegan itu tidak saya dapatkan secara lengkap, namun Chris Weitz tetap mampu menyajikan satu cerita utuh, yang telah mendapat rating kurang adil dimana-mana.
Menceritakan lanjutan dari kisah antara Edward Cullen dan Bella Swan, dan sejak awal, film ini sudah menampakkan plotnya, yaitu permasalahan mulai muncul diantara kisah kedua tokoh ini. Edward yang abadi dan keluarganya yang sebenarnya vampire, dengan Bella yang “mortal” dan dalam dirinya ingin bergabung menjadi salah satu dari Cullen.
Satu insiden kecil membawa film ini ke plot utamanya, pengenalan para werewolves dan hubungan Jacob-Bella. Weitz mampu mevisualisasikan beberapa adegan secara khas, beberapa adegan yang cukup memorable, ketika Bella Swan patah hati setelah ditinggal Edward, adegan pengejaran Victoria di hutan, adegan Bella memburu ke arah Edward di jam lonceng, dan lainnya.
Keuntungan dari film kedua ini adalah, plot bisa langsung melewati bagian perkenalan, sehingga sutradara dan penulis bisa langsung memadatkan cerita sejak awal. Beberapa konflik langsung dimunculkan di awal. Plot yang cepat di awal ternyata melambat dan mulai bertele-tele ketika Bella patah hati.
Yang membuat film ini terasa berat justru adegan romance yang memang plot utama film ini. Di setiap adegan romansa, baik antara Jacob dan Bella, maupun “yang sedikit” antara Edward dan Bella, film ini serasa ditarik dan dipanjang-panjangkan. Mungkin ini yang ditunggu para fansnya, tetapi perlukah adegan-adegan itu ditarik panjang sehingga mendapat durasi film yang 2,5 jam?
Lain halnya dengan acting, semua tokoh utama tidak menampakkan acting yang baik. Hanya Michael Sheen yang mampu menarik perhatian ketika muncul di akhir film ini. Sementara Dakota Fanning tidak kebagian cukup banyak peran untuk bisa menunjukkan kemampuannya. Akting terparah ditunjukkan oleh para lelaki telanjang dada werewolves, yang tampaknya lupa berakting karena telanjang.
Chris Weitz mungkin telah berusaha menyertakan beberapa adegan yang bisa menarik untuk target demografik yang berbeda, namun ketidak seimbangan plot antara romance dan action, mungkin membuat frustasi para kritikus di luar sana, terutama yang sedang patah hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar