Sabtu, 21 Agustus 2010

Sang Pemimpi

Sekuel Laskar Pelangi ini menceritakan tokoh utama kita dari remaja hingga dewasa, mencoba meraih mimpinya yang tanpa sadar sudah disimpannya sejak kecil. Film Sang Pemimpi ini seperti pendahulunya memunculkan pandangan yang menarik tentang kisah penuh inspirasi tentang kehidupan Ikal.

Berangkat sebagai penonton yang belum membaca bukunya, di awal film, saya masih meraba-raba arah cerita ini. Perkenalan tokoh baru Arai sebagai sahabat baru Ikal, sekaligus sebagai sang pemimpi di film ini. Arai adalah tokoh utama film ini, walaupun Ikal adalah narratornya. Dan kemudian dikenalkan tokoh Jimbron, sebagai teman senasib Ikal dan Arai di masa SMA mereka.

Tetap dengan gaya yang sama dengan Laskar Pelangi dulu, Riri Riza menyampaikan filmnya dengan dramatisasi di beberapa bagian, dan menjadikan film ini menjadi cukup kelam dan sedih. Riri Riza kembali dapat menyelipkan beberapa sindiran untuk bangsa Indonesia, walaupun tidak kentara.

Secara film, Sang Pemimpi, memang tidak seheboh dan seunik petualangan anak-anak Laskar Pelangi. Sang Pemimpi mengangkat satu cerita tentang kehidupan remaja, tentang apa yang merubah dan membentuk mereka menjadi dewasa nantinya. Emosi dan labilitas remaja bisa diperlihatkan dengan baik di layar, termasuk dengan semangat-semangat yang diselipkan lewat tokoh Arai di film ini. Praktis Arai adalah tokoh utama, dan Ikal bersama Jimbron adalah antek-anteknya.

Plot film ini cukup sederhana bila dijabarkan, Ikal dan Arai di SMA mulai memupuk mimpi dan impian mereka untuk keliling dunia, dengan bumbu-bumbu menarik yang sering dihadapi remaja, cinta. Tokoh-tokoh pendukung juga membantu alur cerita cukup baik.

Kedetailan dan keadaan yang cukup nyata mampu dibuat dan ditangkap dalam kamera, menjadikan film ini cukup sentimental muncul di akhir tahun 2009 ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar