Rabu, 18 Agustus 2010

Avatar

Setelah berspekulasi seperti apa film besutan James “The King of The World” Cameron kali ini dan menunggu selama hampir setahun lamanya. Akhirnya penantian lama itu terbayar dengan kepuasan penuh setelah menonton film yang katanya memakan bujet sampai 400 juta dollar tersebut. Sutradara yang pernah menggebrak perfilman dunia lewat “Titanic” itu sekali lagi telah melukiskan sebuah masterpiece di penghujung tahun 2009 ini. Kejeniusan visi dari Cameron dan penggunaan teknologi canggih yang digembar-gemborkan selama ini, telah menghasilkan sebuah perjalanan wisata yang sempurna ke dalam dunia penuh fantasi, dunia yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Jake Sully (Sam Worthington) memandu kita untuk berpetualang ke planet Pandora (planet yang hampir sebesar bumi) yang dipenuhi keragaman hayati, kehidupan yang eksotik, dan selimut keindahan alamnya. Jake yang seorang mantan marinir, diberi kesempatan untuk datang ke planet tersebut untuk menggantikan saudaranya yang meninggal. Karena kesamaan DNA, dia dipilih untuk memakai Avatar yang sama yang digunakan oleh saudaranya itu. Avatar yang hasil penciptaan lab untuk kegunaannya dalam penelitian dan eksplorasi di Pandora, dibuat memang mirip dengan Na’vi, sebutan untuk penduduk asli planet tersebut. Tujuannya agar siapa saja yang mengontrol Avatar bisa bebas menjelajahi planet itu, bisa beradaptasi dengan lingkungannya, dan tentunya membaur dengan penduduk asli yang notabennya tidak menghendaki adanya manusia yang asing bagi mereka.
--->
Visi jenius Cameron benar-benar tertuang dengan hati-hati difilm ini, tanpa cacat sedikitpun film ini berhasil memvisualisasikan keindahan luar biasa dari planet bernama Pandora. Layaknya sebuah lukisan, Cameron dengan cerdas memilih kanvas, kuas, dan warna yang tidak sembarangan, hasilnya adalah sebuah mahakarya yang tidak hanya indah dimata, namun lukisannya dapat dirasakan sebagai suatu yang nyata. Sama halnya dengan penerapan “CGI” di film ini, keseluruhan detil dari gerakan kecil diwajah sampai keluwesan Avatar ketika bergerak, jika dilihat sangat nyata dan tidak ada cacat sedikitpun. Sepertinya teknologi “motion capture” dan “virtual camera” yang dikembangkan untuk film ini betul-betul berhasil menangkap setiap gerak-gerik aktor yang memainkan setiap karakternya dengan sangat sempurna. Proses digitalisasi yang hasilnya adalah sebuah karakter yang tidak lagi terlihat sebagai sebuah rekasaya komputer tetapi hampir mirip dengan manusia, tentu saja dengan balutan tubuh Avatar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar